Jumat, 24 Mei 2013

Berbagi Ilmu dan Kasih Sayang Dari Atas Pembaringan


Kamar tidur Een Sukaesih (48) selalu ramai dengan kehadiran anak-anak. Sambil membawa buku dan alat-alat tulis, mereka berkumpul di sebuah kamar sederhana berukuran sekitar 3x2 meter. Dalam suasana santai, anak-anak itu mendengarkan penjelasan Een. Beberapa anak tampak menulis di lembar tugasnya, dan seorang anak menulis di papan tulis. Pemandangan tersebut biasa terjadi setelah jam pulang sekolah. 

Een dengan sabar menerangkan berbagai materi pelajaran sekolah dan menjawab sejumah pertanyaan yang sesekali terlontar dari anak-anak. Semua itu dilakukannya sambil berbaring, di atas tempat tidur. Bukan karena malas, ia berbaring. Hal tersebut ‘terpaksa’ dilakukan karena tubuhnya memang sudah tidak mampu lagi duduk dengan tegak, apalagi untuk berdiri.

Perempuan lulusan IKIP Bandung ini sudah dua puluh empat tahun mengalami lumpuh total. Penyakit radang sendi rheumathoid arthitis  telah melumpuhkan hampir seluruh persendian tubuhnya. Terutama tangan dan kaki, sehingga tidak lagi bisa digerakkan. Namun begitu, semangatnya tidak pernah ikut lumpuh. 
Sejak lumpuh total pada tahun 1987, ia tidak pernah berhenti memberikan bimbingan pelajaran pada anak-anak. Dengan fasilitas yang sederhana, Een terus berbagi ilmu pada anak-anak di sekitar tempat tinggalnya secara ikhlas tanpa menerima imbalan.   
Een menekankan prinsip hidupnya dari sebuah hadist, bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya. Prinsip yang ia terapkan dengan mengabdikan diri untuk membimbing anak-anak di lingkungan sekitar tempat tinggalnya di Desa Cibereum Wetan, Kecamatan Cimalaka, Sumedang.  
“Dengan bersama anak-anak ini saya merasa bisa sedikit memberi manfaat. Minimal saya bisa memanfaatkan waktu saya untuk berbagi ilmu, berbagi kasih sayang dengan mereka. Meskipun tidak teralu banyak,” tutur Een rendah hati. Ia pun lebih suka kegiatan yang dilakukannya ini disebut sebagai ‘berbagi ilmu’, ketimbang sebagai ‘mengajar’. 
Atas dedikasinya, pada tahun 2010 lalu Een menerima beberapa penghargaan. Di antaranya Dompet Dhuafa Award 2010 untuk kategori pendidikan, Education Award dari Bank Syariah Mandiri (BSM), serta penghargaan dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung.

Positif Rheumathoid Arthritis
Een tidak pernah mengira bahwa hidupnya harus dilewatkan dengan berbaring di atas tempat tidur. Cita-citanya adalah menjadi guru. Saat lulus sekolah menengah pertama, ia mantap melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Pendidikan Guru (SPG). Awalnya semua berjalan baik. Sampai suatu saat ia mulai sering mengalami nyeri sendi di bagian tangan.
Ia datang ke dokter untuk berobat. “Dokter bilang ini rematik,” ujarnya. Begitu obatnya habis, rasa nyeri kambuh lagi. Lalu ia datang kembali ke dokter dan diberi obat yang sama. Namun, setelah sekian kali mengkonsumsi obat kondisinya tidak menunjukan perbaikan. Rasa nyeri justru menyebar ke bagian yang lain. Tidak hanya tangan, tetapi juga lutut, siku, tengkuk, hingga ke persendian yang kecil-kecil. Jari-jarinya menjadi bengak biru kemerahan. 



“Saya merasa sakitnya makin parah. Setelah itu saya ganti dokter karena obat yang diberikan kok itu-itu aja. Saya berpikir mungkin ada obat lain,” ungkapnya. Ketika itu kedua tangannya masih bisa memegang benda. Walau sudah tidak kuat memegang yang berat-berat karena akan terasa nyeri. 
Setelah pindah dokter, ia mulai mengkonsumsi berbagai macam obat. Tapi tetap tidak menunjukan perbaikan. Setiap selesai satu resep, sakitnya malah bertambah parah. Saking nyeri dan tidak kuat menahan beban, tangan Een pun sempat disangga menggunakan kain yang diikat ke pundak, seperti orang patah tulang.
Terakhir ia diberi obat yang dosisnya paling keras, yang diminum 3x2 sehari. “Tapi dokter bilang untuk dikurangi sendiri dosisnya. Karena kalau diminum terus menerus akan ada efek samping pada lambung,” jelas Een.  
Ketika ia coba berhenti minum obat, justru kondisinya semakin parah. “Saya tidak bisa bangun, tidak bisa jalan, gak bisa gerak, terasa sakit bukan main seperti ditusuk-tusuk,” ungkapnya.
Dokter kemudian mengarahkan untuk melakukan tes laboraturium. Dokter memberi rujukan ke salah satu klinik lab di Bandung. Setelah dilakukan tes, pada 5 april 1982 baru kemudian diketahui bahwa dirinya positif menderita rheumathoid artitis. Sebuah penyakit yang begitu asing di telinganya. 
“Dokter bilang itu jenis rematik terganas dan belum ditemukan obatnya. Dan obat yang dapat dokter berikan selama ini cuma penghilang rasa sakit. Bukan untuk menyembuhkan,” terangnya.
 Informasi itu diterima ketika ia telah duduk di bangku kelas 3, menjelang ujian semester akhir sekolah. “Perasaan saya sangat sedih saat itu. Di usia yang masih remaja, sekitar 18 tahun saya, sudah sakit seperti itu,” lanjutnya. 

Berjuang Menghadapi Sakit Sambil Kuliah
Rencana melanjutkan kuliah pun sempat disingkirkan setelah mengetahui bahwa dirinya mengidap penyakit yang belum ada obatnya. Toh pendidikan di SPG sudah cukup untuk membuatnya menjadi guru. Begitulah yang disampaikan neneknya pada Een. 
Namun menjelang kelulusan sekolah, wali kelas ‘memaksa’ Een untuk mengikuti tes seleksi penerimaan mahasiswa baru. Padahal saat itu ia sudah mengatakan tidak akan melanjutkan kuliah. “Waktu itu wali kelas bilang, kalau saya tidak ikut Sipenmaru maka tidak akan diberikan ijazahnya,” ujar Een. Maksudnya, karena ingin mengetahui sejauh mana kemampuan saya.
Setelah ikut tes seleksi, ternyata hasilnya lulus. Een pun diterima di Program Diploma 3 Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan IKIP Bandung. Ia sengja memilih jenjang D3 karena pertimbangan kondisi kesehatannya. Jika mengambil S1 dikhawtirkan akan berat.
Selama kuliah ia terus mencari berbagai informasi mengenai penyakitnya. Keinginannya untuk sembuh masih sangat kuat, berbagai upaya dia lakukan. Ia pun mendatangi beberapa dokter di Bandung. Meski jawaban yang diterima selalu sama, bahwa rheumatoid arthritis belum ditemukan obatnya.
“Saya juga pernah berkirim surat ke salah satu dokter spesialis penyakit dalam di RSCM yang  kebetulan suka muncul di TVRI saat itu. Namun jawabannya tetap sama, belum ada obatnya,” ungkap Een.  
Bukan hal mudah bagi Een menjalani kuliah dengan kondisi tubuh yang sakit. Ia harus menahan nyeri saat berjalan kaki, saat menaiki tangga menuju ruang kelas, atau ketika harus ke perpustakaan yang lokasinya cukup jauh. 
“Karena berjalan kaki dari kos ke kampus, saya harus berangkat kuliah lebih awal dibanding yang lain. Saat naik tangga, kalau sakit saya berhenti-berhenti dulu. Tapi alhamdulillah, saya masih bisa ngetik sendiri. Tidak pernah meminta tolong orang kalau ada tugas,” tuturnya.
Semuanya ia dijalani dengan sabar dan rasa optimis untuk sembuh. Baginya, pantang berputus asa terhadap pertolongan Tuhan.  “Dari segi psikologis sedihnya bukan main, harus kuliah dengan keadaan seperti ini. Tapi saya tetap optimis dan berusaha. Saya punya keyakinan bahwa penentu segala sesuatu adalah Allah swt, dan yang bisa menyembuhkan juga Allah,” ungkapnya.

Beruntung ia memiliki seorang sahabat, Mimin Suhaeti, yang selalu setia mendukungnya. Menemaninya di kampus, mengantar ke dokter, meski kost mereka berjauhan. “Kalau saya mulai menurunkan dosis obat, dia suka menginap. Karena dia khawatir. Dia tau kalau saya diturunkan dosisnya, saya suka sakit. Dia begitu sabar menunggu saya,” kenang Een. 
Een lulus dari IKIP tahun 1985 dengan nilai yang cukup baik. Satu tahun setelah lulus, ia diangkat untuk mengajar di SMA Sindang Laut Cirebon. Namun, cuaca panas di kota itu membuat penyakitnya cepat bertambah parah.
“Saya merasa tidak kuat di udara panas. Bagi saya yang menderita rheumatoid, kondisi saya jadi semakin parah,” tuturnya.  
Belum sempat pra jabatan, sakitnya semakin parah. Baru satu bulan di sana, akhirnya ia memutuskan pulang ke Sumedang. “Begitu turun dari mobil saya jatuh, tidak kuat berdiri. Terus dibopong di bawa kerumah. Sejak itu sudah tidak bisa berjalan lagi,” kenangnya.
Semenjak lumpuh total, dirinya hanya bisa berbaring di tempat tidur. Punggungnya mulai lecet-lecet dan berdarah karena terlalu lama berbaring. Dia harus berganti perban dan diberi obet lagi setiap 6 hari.
“Lecet itu cukup parah sampai urat-urat itu ada yang keluar. Dan yang sanggup menggunting itu adik, yang lain tidak berani,” katanya. Hampir satu tahun ia harus menahan nyeri karena lecet, sampai kemudian luka itu perlahan sembuh.
Akhir tahun 1987 ia sempat divonis tidak akan berumur panjang. Ketika itu Een merasakan sakit di perut yang sangat hebat. Setelah diperiksa, dokter dirinya terkena infeksi usus karena terlalu banyak mengkonsumsi obat dengan dosis tinggi. "Dokter mengatakan pada ibu dan nenek saya bahwa hidup saya tidak akan lama lagi," katanya.
“Tidak akan bertahan lebih dari seminggu. Begitu kata dokter pada nenek dan ibu saya. Awalnya saya tidak tahu. Setelah lewat seminggu, nenek baru cerita pada saya. Pantas, semejak pulang dari dokter itu mereka berdua sering menangis,” tambah Een.
Ia hampir kehilangan semangat dan berpikir tidak ingin berobat lagi. Tapi kemudian kondisinya perlahan membaik. Vonis dokter juga tidak terbukti. “Saya amat bersyukur, ternyata saat itu kondisi saya membaik dan masih dipercaya hidup hingga saat ini,” ujarnya. 

Episode Baru Bersama Anak-anak
Een berusaha menerima penyakitnya dengan ikhlas, sambil terus berdoa agar diberi kesembuhan. Ia kemudian mulai berpikir apa yang bisa dirinya lakukan dengan kondisi fisik yang lumpuh seperti itu. Sementara Ia sama sekali tidak ingin melewatkan waktu hanya tidur dan tidak melakukan apa-apa.  
Hari-harinya di pembaringan mulai terobati dengan kehadiran anak-anak dari kerabatnya yang sering bermain di rumah. Mereka menitipkan anak-anaknya untuk belajar bersama Een di rumah. “Dulu sebelum sakit, memang sudah banyak anak-anak kesini. Anak-anaknya saudara, dua tiga orang. Sampai sekarang jadi banyak,” tuturnya. 
Keinginannya untuk mengajar, perlahan terwujud dengan semakin banyaknya anak yang datang ke rumah. Seorang keponakan Een yang sering mengerjakan PR di rumahnya, mulai mengajak teman-temannya untuk belajar bersama.
“Dia datang kalau ada PR. Di sekolah ia suka mengatakan kalau PRnya sudah selesai dikerjakan di rumah teh Een. Kemudian beberapa temannya ingin ikut mengerjakan PR di sini.
Keinginan dirinya untuk berbagi ilmu pun dimulai. Dengan fasilitas seadanya, Een membimbing anak-anak itu mengerjakan tugas dan PR dari sekolah. Saat itu belum ada papan tulis kapur, apalagi white board.


Anak-anak biasa menggunakan dinding kamar Een sebagai pengganti papan tulis. Berbagai sisi dinding kamar pun penuh dengan coretan dan tulisan anak-anak. Setiap selesai menulis, dinding kemudian dibersihkan dengan lap basah. Begitu seterusnya hingga cat dindingnya habis dan tidak bisa ditulisi lagi. “Sudah habis di dinding, lalu pindah ke bupet (lemari kayu),” kenang Een sambil tertawa.
Seorang tetangga lalu menawarkan memberi papan tulis. Setiap selesai belajar, papan tulis itu dicuci dan dijemur untuk belajar hari berikutnya. Semua dilakukan oleh anak-anak. Tidak lama kemudian Bupati datang menjenguk lalu lalu memberi bantuan papan tulis. Selain itu, ia juga mendapat bantuan kamus dan buku-buku dari Jamsostek. 
Kehadiran anak-anak seolah menjadi episode baru dalam hidupnya. Keceriaan anak-anak menjadi penghibur baginya. Anak-anak yang datang awalnya hanya dari lingkungan sekitar RT yang bersekolah dekat tempat tinggalnya. Kemudian datang anak-anak dari lokasi tempat tinggal dan sekolah yang lebih jauh. 
 “Setiap hari dikunjungi anak-anak, waktu jadi tidak terasa. Anak-anak jadi penghibur. Pernah saat saya sakit dada dan sakit menarik nafas, datang anak-anak mau belajar. Tapi saya tidak bilang kalau saya sakit. Setelah itu justru sakitnya hilang,” tuturnya.
Een menyadari perkembangan pendidikan yang berlangsung selama ini. Jika ada soal atau materi pelajaran yang kurang dikuasai, Een juga tidak segan bertanya pada teman-temannya yang sudah menjadi guru ataupun dosen. Ia biasa bertanya lewat sms atau telfon.
Salah satu teman yang dijadikan tempat bertanya adalah Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, yang kini adalah guru besar di UPI Bandung. Prof. Dasim merupakan kawan Een ketika di SPG dan IKIP.   
Beban materi pelajaran sekolah yang semakin banyak dan berat. Karena itu ia juga berusaha untuk memperbaharui pengetahuannya. Sesekali ia meminta bantuan pada teman atau kerabatnya untuk dicarikan buku, maupun dibelikan surat kabar. Berhubung Een tidak bisa memegang sendiri buku-buku atau koran, ia selalu minta dibacakan oleh anak-anak atau kerabatnya.
Een tidak pernah kehilangan akal dalam mengatasi keterbatasan fisiknya. Meski ia mengaku kesulitan untuk menyampaikan sesuatu yang harus dijelaskan dengan gambar, tulisan atau gerakan. Karena itu, dalam mengajar kadang ia dibantu oleh kerabatnya yang tinggal di dekat rumah.
Pernah suatu saat ada anak yang sedang belajar menulis. Anak itu bertanya, huruf L besar seperti apa. Karena Een tidak bisa menuliskan di papan tulis, maka ia menjelaskan bentuk huruf itu dengan kata-kata. Namun, si anak ternyata salah tangkap sehingga menimbulkan kelucuan. “Saya menjelaskan, tapi anak menangkapnya beda. Jadi nggak nyambung,”  tutur Een sambil tertawa. 
Jumlah anak yang belajar bersama Een kini sudah sekitar 30 orang, baik SD maupun SMP. Rata-rata mereka kebetulan berprestasi baik di sekolah. Ada yang juara kelas serta 10 besar di sekolahnya. Di antara mereka juga banyak yang mengikuti berbagai lomba bidang studi mulai dari tingkat kecamatan hingga kabupaten. 
Kebahagiaan baginya, setiap kali mendengar anak-anak yang belajar bersamanya meraih prestasi. “Dari sejak anak bisa menjawab ulangan harian dengan baik, saya sudah alhamdulillah. Ada kepuasan tersendiri rasanya. Meskipun ini bukan hanya hasil kerja saya saja,” tutur Een dengan rendah hati.
Mengajar anak-anak juga menjadi tantangan tersendiri baginya. Di samping harus mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar materi pelajaran sekolah. Juga harus mampu menjelaskan dan menjawab pertanyaan kritis yang terlontar dari anak-anak, terutama yang mulai remaja. 
Menurut Een kecerdasan intelektual harus diimbangi dengan kecerdasan emosi dan spiritual. Ia sering kali menyelipkan pendidikan budi pekerti dan akhlak pada anak. Karena baginya, semua yang dilakukan adalah bagian dari ibadah. 
Sumber : http://cangkirparagraf.blogspot.com
Read more »

Kamis, 23 Mei 2013

~ IHSAN ~


Saat tiba di suatu masa, dimana tak ragu tuk lakukan kesalahan..
Saat ada deret waktu, dimana rasa malu tak lagi bisa ditemukan..
Jika kita tiba dalam dimensi, dimana rasa takut akan kematian meninggalkan
..
 
Lalu, dimanakah ihsan?

“Wahai Rasulullah, apakah Ihsan itu?”. Rasulullah SAW bersabda: “Yaitu engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak mampu melihat-Nya, maka ketahuilah bahwa Dia selalu melihatmu” (HR.Muslim dari Abu Hurairah ra.)
Read more »

Sabtu, 18 Mei 2013

Makna di Balik Dustamu,..Bunda....



Baru kufahami makna dustamu pada kami.
Ketika di meja tengah ruangan rumah, Bunda sudah siapkan nasi di piring-piring untuk kami, Bunda pindahkan separo takaran milik Bunda pada kami…
Bunda berdusta … “Ini bunda tambahkan untuk mu, makanlah nak…, separo sudah sangat cukup untuk perut Bunda, karena ini hari Bunda tidak begitu lapar”

Ketika ikan dari pancingan, Bunda masakkan untuk kami, tapi Bunda hanya makan yang menempel di di antara durinya sementara daging-dagingnya untuk kami.
Bunda berdusta… “Makanlah nak… Bunda lebih suka bagian duri, lebih enak”

Ketika makan satu telor dadar yang diiris-iris dan di bagi untuk kami, piring Bunda sengaja tidak diisi… “mana telor untuk Bunda?”
Bunda berdusta… “Makanlah dulu nak, nanti Bunda masak lagi”

Bunda …
Baru kufahami makna dustamu pada kami.
Ketika dalam kesulitan, sementara kami harus sekolah…
Malam itu kami terbangun dan melihat Bunda masih sibuk dengan banyak jahitan, sampai larut Bunda masih bekerja agar besok bias membayar sekolah dan kami tetap sekolah…
Bunda berdusta… “tidurlah lagi nak, ini masih malam dan besok tersenyumlah saat berangkat sekolah. Bunda tidak capek kok, ini hiburan bagi Bunda”

Ketika tubuh Bunda lemah dan terbaring sakit, Bunda tersenyum kepada kami dengan menahan rasa sakit yang teramat sangat, kami tak kuat menahan air mata kami…
Bunda berdusta… “ jangan menangis nak, coba lihat senyum Bunda, nggak ada apa-apa kan “

Bunda…
Baru kufahami makna dustamu pada kami
Begitu ingat dalam benak kami…
Ketika kami menginjak dewasa, betapa Bunda ingin memeluk kami, membisikkan petuah-petuah kepada kami, mendekap dan melantunkan doa-doa untuk kami, tapi kami malah lari dan mengunci kamar-kamar kami rapat-rapat, dan teriak… “kami sudah tidak kecil lagi”

Ketika kami harus segera membangun keluarga, betapa Bunda ingin mengajarkan bagaimana menjadi suami istri, mengajak diskusi bagaimana keluarga seharusnya berdiri. Tapi kami berargumen… “Ini hak kami, tolong Bunda jangan campuri”

Ketika Bunda mengajari bagaimana merawat bayi… tapi kata kami “Maaf Bunda ini jaman sudah berubah, tidak seperti dulu lagi”

Ketika Bunda memendam rindu ingin bertemu kami, tapi jawab kami “Maaf Bunda kami sibuk dengan urusan pekerjaan dan keluarga kami…. Datanglah lain kali”

Sampai… ketika usia Bunda sudah lanjut dan perlu perawatan kami… kami begitu tega mengatakan “Janganlah tinggal di rumah kami, nanti akan pengaruh negative untuk anak-anak kami”

Bunda…
Baru kufahami makna dustamu pada kami.
Setelah Bunda harus menghadapi illahi rabbi…

RABBIGHFIRLI WALIWALIDAYYA WARHAMHUMA KAMA RABBAYANI SHOGHIRO

Ya Allah ampunilah mereka… cintailah, kasihilah, sayangilah mereka sebagaimana mereka teramat sayang dan cinta kepada kami. Ampunilah segala dosa kami yang senantiasa durhaka kepada kedua orang tua kami…
Read more »

Hijrah :: Dari Seorang Rapper Ke Muslimah



Di tengah perdebatan nasional di Perancis sekitar  jilbab , rapper Perancis telah mengejutkan fansnya dengan mengumumkan ia telah mualaf ke Islam dan memilih untuk mengenakan jilbab.
Mélanie Georgiades, yang sering disebut  Diam ini, telah melakukan “transformasi lengkap” bila dibandingkan dengan sebuah gambar ketika dia sebelum muslim di tahun 2009.

Sejak tahun 2009, Diam itu sudah mulai absen dari aktivitas rap,  Namun baru-baru ini mantan rapper Prancis itu membuat penampilan baru di televisi  dengan citra barunya.
Diam yang muncul dalam sebuah wawancara TV eksklusif dengan stasiun TV TF1 Perancis, untuk berbicara tentang pengalaman masa lalu , keterlibatan dengan ketagihan obat-obatan, narkotika, dan hingga berada di rumah sakit jiwa sampai dia menemukan “ketenangan dari Islam.” Katanya.
Hidayah agama Islam ini datang kepadanya secara tidak disengaja, ia sangat tertarik ketika ia melihat seorang teman Muslimnya  sholat.

Diam, mengatakan ia telah menikah selama lebih dari setahun dan sekarang ia menjadi seorang ibu baru, dan ia menjauh dari kehidupan ketergantungan obat-obatan masa lalunya.
Dalam wawancara TV-nya dia mengatakan dia “beralih keyakinan ke Islam adalah hasil dari keyakinan pribadinya , setelah ia memahami agama dari membaca Al-Quran.”
Ketika ditanya tentang mengenakan jilbab di Perancis, sebuah negara yang telah melarang jilbab itu , dia berkata: “Saya percaya bahwa saya hidup dalam masyarakat yang toleran, dan aku tidak merasa terluka oleh kritik, ataupun penghinaan dan stereotip negatif. ”

Ditanyakan oleh pewawancara-nya tentang mengapa dia memakai jilbab sementara banyak juga wanita Muslim tidak memakainya dan jangan jadikan  jilbab itu menjadi kewajiban agama, dia menjawab: “Saya melihatnya (jilbab itu) sebagai perintah Allah , ini membawa kebahagiaan di hati saya dan bagi saya ini sudah cukup. ”

Diam yang mengatakan bahwa dengan memeluk Islam ia mendapatkan kenyamanan, ia menambahkan bahwa ketenaran sudah tidak cocok dengan hidupnya lagi, ini telah menghangatkan hati saya, yang saya tahu sekarang saya menjadi tahu apa tujuan keberadaan saya, dan mengapa saya di sini di Bumi ini. ”
Membahas bagaimana hidupnya sebelum menjadi muslimah, Diam mengatakan: “Saya dahulu sangat terkenal dan saya memiliki apa yang setiap orang terkenal punya, tapi aku selalu menangis pahit sendirian di rumah,.

Dia menambahkan: “Saya sangat kecanduan obat, termasuk narkotika dan berhalusinasi dan dirawat di rumah sakit jiwa untuk pulih, tapi ini sia-sia sampai saya mendengar salah satu teman Muslim saya mengatakan ‘Saya akan sholat dahulu dan akan kembali , ‘jadi aku mengatakan padanya bahwa aku ingin sholat juga ”

Mengingat saat itu, Diam itu mengatakan: “itu adalah pertama kalinya bahwa saya menyentuh lantai dengan kepala (bersujud) , dan saya punya perasaan yang kuat bahwa saya tidak pernah mengalami (kebahagiaan ini) sebelumnya, dan saya percaya sekarang bahwa berlutut dalam doa, tidak harus dilakukan kepada siapa pun selain Allah.

Diam mengatakan bahwa dia pindah ke Mauritius untuk mempelajari Al-Quran, dan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang Islam, dan toleransinya Islam.
Ketika ditanya oleh pewawancara tentang pandangannya tentang Islam, atas mereka yang melakukan semua pembunuhan dan kekejaman atas nama agama, dia menjawab: “Saya pikir kita harus membedakan antara bodoh dan berpengetahuan, dan bodoh tidak harus berbicara tentang apa yang dia tidak tahu, Islam tidak mengijinkan membunuh korban yang tidak bersalah dengan cara kita melihatnya saat ini. “

Sumber :: Eramuslim.com


Read more »

"Menengok Budaya Membaca Masyarakat Jepang"

Komik Jepang

Jika Anda mendengar kata ‘komik’, tentu Anda akan mengaitkannya dengan Negara Jepang. Memang Jepang adalah salah satu Negara yang sukses dalam memproduksi Komik. Kreatifitas menulis diantara para pengarang komik seakan tidak pernah mati. Bahkan komik Jepang sudah merambah ke belahan dunia lainnya seperti juga di Indonesia. Di Indonesia komik Jepang sering menjadi perburuan, terutama untuk komik berseri. Dan kita akan bertanya-tanya, bagaimana bisa ya masyarakat Jepang bisa aktif dalam menulis ? dan untuk mengetahu jawabanya kita perlu mempelajari lagi bagaimana kebiasaan orang-orang Jepang dalam kesehariannya.


Sifat Dasar Orang Jepang yang Pantang Menyerah

Sifat dasar orang Jepang memang tekun dan pekerja keras. Selain itu rata-rata dari mereka mempunyai keinginan untuk selalu belajar dan selalu memperbaiki hasil kerja mereka. Mungkin sifat-sifat dasar ini menjadi salah satu pendukung kehebatan masyarakat Jepang dalam membangun negaranya. Keinginan untuk selalu belajar ini tercermin pada tingginya budaya baca dan tulis masyarakat Jepang.

Jepang bukan bangsa penemu, tapi orang Jepang mempunyai kelebihan dalam meracik temuan orang dan kemudian memasarkannya dalam bentuk yang diminati oleh masyarakat. Sejarah membuktikan Jepang termasuk bangsa yang tahan banting dan pantang menyerah. Puluhan tahun di bawah kekaisaran Tokugawa yang menutup semua akses ke luar negeri, Jepang sangat tertinggal dalam teknologi. Ketika restorasi Meiji (meiji ishin) datang, bangsa Jepang cepat beradaptasi dan menjadi fastlearner. 

Kemiskinan sumber daya alam juga tidak membuat Jepang menyerah. Tidak hanya menjadi pengimpor minyak bumi, batubara, biji besi dan kayu, bahkan 85 persen sumber energi Jepang berasal dari negara lain termasuk Indonesia..

Rentetan bencana pun pernah melanda Jepang seperti yang terjadi di tahun 1945, dimulai dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, disusul dengan kalah perangnya Jepang dan ditambahi dengan adanya gempa bumi besar di Tokyo atupun Tsunami yang sering menghampiri Jepang. Ternyata Jepang tidak habis bahkan tetap terus bangkit menjadi salah satu Negara yang maju. Dalam beberapa tahun berikutnya Jepang sudah berhasil membangun industri otomotif dan bahkan juga kereta cepat (shinkansen).

Mungkin Anda akan dibuat takjub dengan kisah bagaimana Matsushita Konosuke yang usahanya hancur dan hampir tersingkir dari bisnis peralatan elektronik di tahun 1945 masih mampu merangkak, mulai dari nol untuk membangun industri sehingga menjadi kerajaan bisnis di era kekinian. Yang juga cukup unik bahwa ilmu dan teori dimana orang harus belajar dari kegagalan ini mulai diformulasikan di Jepang dengan nama shippaigaku (ilmu kegagalan). Jadi semangat pantang menyerah yang sudah mendarah daging di dalam diri orang Jepang merupakan inti dari kesuksesan hidup mereka.

Budaya Membaca di Kalangan Orang Jepang

Rata-rata orang Jepang memang gemar membaca, atau paling tidak gemar mencari informasi -yang tampak remeh sekalipun- dari orang lain. Bahkan banyak para artis yang mempunyai hobi membaca.
Berdasarkan pengamatan Romi Satria Wahono yang pernah 10 tahun tinggal di sana menggambarkan bahwa sebagian besar penumpang densha (kereta listrik), baik anak-anak maupun dewasa sedang asyik membaca buku atau Koran.

Tidak peduli duduk atau berdiri, banyak yang memanfaatkan waktu di densha untuk membaca. Pun di ceritakan bahwa banyak penerbit yang mulai membuat manga (komik bergambar) untuk materi-materi kurikulum sekolah baik SD, SMP maupun SMA.

Pelajaran Sejarah, Biologi, Bahasa, dan sebagainya disajikan dengan menarik yang membuat minat baca masyarakat semakin tinggi.

Budaya baca orang Jepang juga didukung oleh kecepatan dalam proses penerjemahan buku-buku asing (bahasa inggris, perancis, jerman, dsb). Konon kabarnya legenda penerjemahan buku-buku asing sudah dimulai pada tahun 1684, seiring dibangunnya institut penerjemahan dan terus berkembang sampai jaman modern. Biasanya terjemahan buku bahasa Jepang sudah tersedia dalam beberapa minggu sejak buku asingnya diterbitkan.
Tak heran pemerintah Jepang juga mengambil kebijakan tersendiri guna meningkatkan taraf pendidikan masyarakat Jepang dengan menciptakan kebijakan publik khusus untuk memotivasi masyarakat Jepang kembali ke sekolah (Kikosushijo) pada tahun 1962.

Keberanian untuk membuat prioritas kebijakan publik pada sektor pendidikan adalah suatu syarat mutlak atau tidak bisa tidak (conditio sine qua non). Kebijakan ini mendorong pemerintah Jepang dari pusat sampai ke daerah-daerah untuk antara lain menyediakan secara gratis buku-buku bacaan, membeli lahan untuk pembangunan sekolah dengan sistem pendidikan bermutu, tak ketinggalan mengirim guru-guru untuk bersekolah di luar negeri pada berbagai universitas ternama. 

Akhirnya Sejarah pun mencatat bahwa keunggulan manusia Jepang, yang ditandai lejitan ke peringkat-peringkat atas persaingan global, dicapai melalui kerja keras. Visi Jepang cerah
juga melalui pelembagaan budaya baca.

Budaya ini dibangun lewat kebijakan penyadaran pentingnya membaca. Ia sengaja direncanakan, ditanamkan, ditumbuhkan dan dikembangkan secara serius dan berlanjut. Kesadaran membaca dituntun melalui disiplin tingkat tinggi. Budaya baca memang menggelora ke seluruh lini kehidupan bermasyarakat Jepang. Ia diterima dan dipertahankan karena meyakinkan secara logis sebagai obor penerang masa depan.
Benar-benar mengagumkan bukan?. 

Berdasarkan pengamatan Romi Satria Wahono, kini, membaca dan selalu membaca telah menjadi pemandangan umum. Budaya baca ini terlihat tidak hanya pada jam-jam belajar. Bukan saja ketika berada di sekolah-sekolah atau kampus-kampus. Ia merupakan kebudayaan yang hidup dan menghidupkan ketika sedang berada di bus, kereta api, taman-taman kota, tempat-tempat rekreasi, tidak terkecuali sambil menunggu pesanan makanan di kafe atau restoran.

Toko Buku Ala Jepang

Bila kita ke toko buku, terlihat pada pinggir-pinggir tembok sengaja disediakan meja dan kursi bagi pembaca, demikian ungkap Romi Satria Wahono . Bahkan sering terlihat banyak orang lanjut usia sedang asyik membaca, tak mau kalah, pantang mundur berpandu kaca pembesar huruf. Hebat pula bahwa pelayan toko buku sama sekali tidak terlihat melarang, kalau ada siswa atau mahasiswa yang sengaja mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah di sana. Tentu saja ada aturannya, membaca dengan tenang dan menjaga kebersihan serta keutuhan bahan bacaan.

Menurut data dari bunkanews (situs khusus tentang media massa berbahasa Jepang), jumlah toko buku di Jepang adalah sama dengan jumlah toko buku di Amerika Serikat. Amerika Serikat adalah dua puluh enam kali lebih luas dan berpenduduk dua kali lebih banyak daripada Jepang. Karena itu, data ini menunjukkan bahwa toko buku sangat banyak di Jepang, mudah dijangkau, dan berada sangat dekat dengan masyarakat Jepang. Sebuah kelebihan yang membuat bahagia para konsumen buku dan penerbit tentunya. Juga menunjukkan tingginya apresiasi masyarakat terhadap budaya membaca.

Toko buku yang ada tak melulu toko buku baru. Masih menurut bunkanews, toko buku bekas atau toko buku tua menempati presentase sepertiga jumlah toko buku. Artinya, jumlah toko buku bekas adalah separuh jumlah toko buku baru. Keberadaan toko buku bekas ini sangat menolong konsumen buku, karena mereka bisa mendapatkan buku yang mereka inginkan dengan harga yang jauh lebih murah dan terjangkau. Bahkan terkadang, kita bisa mendapatkan buku-buku tua yang sangat bernilai namun sudah tak lagi diterbitkan. Toko-toko buku ini berani untuk buka sampai larut malam, lebih malam dari departemen store maupun supermarket. Mengapa demikian? Karena kaki para konsumen buku terus mengalir sampai malam. Banyak di antara mereka yang datang hanya untuk sekedar "tachi yomi" (artinya membaca sambil berdiri di toko buku tanpa membeli) melepas kebosanan di malam hari. 

Tachiyomi sekilas tampaknya hanya merusak pemandangan toko. Namun ternyata oplag penjualan berbanding lurus dengan jumlah orang yang tachiyomi. Artinya, ada kencenderungan sehabis tachiyomi orang tergerak untuk membeli bacaan lainnya.

Kecenderungan orang Jepang pada aktivitas membaca dimanfaatkan oleh para penerbit sebagai ajang promosi buku-buku mereka di televisi.Di salah satu televisi swasta ada acara yang disebut acara "toko buku Sekiguchi".Dalam acara ini para artis atau pelawak mempresentasikan referensi suatu buku, sedangkan artis lain yang hadir diminta untuk membeli berdasarkan kesan mereka terhadap presentasi tersebut dari kocek mereka sendiri. Acara ini sangat membantu bagi penggemar buku yang sibuk dan tak sempat berlama-lama di toko buku. Penonton bisa melihat referensi yang divisualisasikan dalam layar TV dan memesan lewat internet atau telpon jika tertarik untuk membeli. Mirip sebuah "televisi shopping", namun yang dipromosikan adalah buku.

Ketika kita masuk ke sebuah toko buku, biasanya ada beberapa hal khas yang kita jumpai. Pertama, biasanya buku-buku bacaan di Jepang, seperti novel, kumpulan essai, ataupun ilmiah populer didesain dalam ukuran kecil, ringan, dan mudah dibawa kemana-mana. Sehingga kita tidak enggan membawa buku tersebut baik ketika dalam perjalanan ke kantor ataupun berbelanja. Orang yang membaca buku (tentu juga komik ataupun majalah) akan sangat mudah kita temui di bis-bis kota ataupun di kereta-kereta listrik. Kedua, kita akan susah mendapatkan buku-buku berbahasa Inggris di toko-toko buku Jepang pada umumnya. Ini karena, para penerbit Jepang sangat memperhatikan penerjemahan buku-buku hasil karya penulis dari negara-negara lain. 

Bahkan banyak kasus buku best seller yang diterbitkan di negara lain diterbitkan pula terjemahannya di Jepang dalam waktu yang hampir berbarengan, seperti buku Harry Potter yang ngetop di Amerika itu. Ini tentu saja karunia bagi masyarakat Jepang khususnya para penggemar buku. Mereka bisa menikmati hasil karya penulis-penulis beken negara lain dalam bahasa mereka sendiri. Suatu karunia yang kita pikir hanya dipunyai oleh negara-negara berbahasa Inggris, seperti Amerika atau sebagian negara Eropa. Hanya toko-toko besar tertentu (dan biasanya di daerah perkotaan) yang menyediakan buku-buku impor berbahasa Inggris dan bukan terjemahannya.

Ke Perpustakaan Untuk Membaca 

Selain toko buku, perpustakan pun sangat mudah kita temui di sekitar kita. Di daerah pedesaan, biasanya, perpustakaan ini dikelola oleh pemerintah daerah setingkat kecamatan di Indonesia. Keberadaannya mudah dijangkau oleh masyarakat pedesaan. Sebab itu, meskipun di pedesaan, buku bukanlah barang mahal yang sulit di dapat.
Pada perpustakaan-perpustakaan, petugas keamanan terlihat senantiasa berdiri atau berkeliling, walau jarang tampak pengunjung perpustakaan yang menimbulkan kebisingan. Mereka tidak akan segan-segan menegur tegas, bila terdengar atau kelihatan ada pengunjung yang terlalu lama berbisik ria. Iya, walau hanya berbisik, bukan bersuara keras, tidak diperbolehkan. Perilaku ini dianggap mengganggu orang lain yang sedang membaca dan menciderai misi perpustakaan. Semacam 'delik penodaan' dalam sakralitas dan martabat masyarakat baca nan terdidik.

Sumber:
http://www.bimba-aiueo.com
Read more »

Jumat, 17 Mei 2013

Review Buku "Udah Putusin Aja!" oleh Felix Siaw

Buku apa ini? Apa hebatnya isi buku ini? hebatnya buku ini, telah membuat banyak remaja mengakhiri hubungan pacaran yang sudah berjalan. Hebat bukan?
#hee...kata yang promo c gt .. (lho??)

Jadi begini. Buku ini memang isinya adalah tentang bagaimana islam menyediakan jurus jitu nan hebat dalam bercinta. Yang tiada jurus cinta lain yang dapat menyetarainya apalagi melebihinya. Dan dengan jurus bercinta yang disediakan islam ini, cinta bakal menghasilkan keberkahan. Efeknya demikian dahsyat. Dahsyat dunia-akhirat. Sudah pasti bakal ada manfaatnya. Sudah pasti pula bakal bikin kita terhindar dari segala macam yang bakal mencelakakan kita. Pokoknya, jurusnya sempurna. Kok sempurna? Karena, Yang menyediakan jurus jitu bercinta ini adalah Yang Menciptakan kita. Yang Paling Mengetahui segala hal. Ialah Allah Swt. 

Greget banget untuk mereka yang cerita cintanya kerap diterjang hujan badai duri dan jarum. Mereka yang penuh dengan lika-liku masalah dalam cerita cintanya. Maupun mereka yang belum menemukan cinta yang sesungguhnya. Sebab, itu semua terjadi hanya karena satu penyebab. Penyebabnya adalah, jurus bercinta yang salah. Bukan jurus cinta yang diajarkan islam. Melainkan jurus cinta yang penuh salah kaprah, yang diajarkan oleh orang-orang tak beres. Seperti halnya para artis Barat, Korea, Jepang, dan lai-lain yang notabene nggak ngerti islam, serta tidak indah cerita cintanya, hanya indah di sandiwara saja. 

Buku ini cocok dibaca oleh segala kalangan. Mulai dari:

  • Laki-laki
  • Perempuan
  • Yang jomblo
  • Yang pacaran
  • Yang kayaknya pacaran dengan istilah teman tapi mesra, teman dekat, satu kelompok, kakak-adik, tunangan, dan lain-lain
  • Yang baru putus
  • Anak SD
  • Anak SMP
  • Anak SMA
  • Mahasiswa
  • Karyawan
  • Pengusaha
  • Pengangguran, belum berpenghasilan finansial
  • Mereka yang ingin menikah, tak tahu mau mulai darimana
  • Mereka yang sudah siap menikah
  • Mereka yang belum siap menikah
  • Mereka yang dalam perencaan pernikahannya ada masalah. Seperti halnya tidak direstui, belum punya modal, belum siap, dan masalah lainnya
  • Orang tua, untuk membimbing anak-anaknya. Maupun untuk orang tua itu sendiri yang kerap bermasalah dengan istrinya/suaminya
  • De-el-el pokoknya...
Sudah sepatutnya saya salut dengan ilmu yang dipaparkan oleh ustadz Felix. Tapi, tidak hanya itu, dalam kacamata passion desain grafis saya,  isinya full colour Sudah begitu, bahan kertas cover dan kertas isi halaman-halamannya luar biasa bagus!  Keren!  Kayak infografik gitu. Ketika pertama kali memegang buku ini, sempat bergumam di pikiran saya, "Jangan-jangan dalam pembuatan buku ini, ustadz Felix nombok nih?" 

Begitulah karena sangkin mewahnya desain isi bukunya. Yah, coba saja lihat gambar-gambar berikut ini. Ini adalah preview isi bukunya yang saya bilang kayak infografik gitu:


Bukan mustahil, dengan desain begini, ini buku bakal bisa menimbulkan awareness, attractive, dan action sesuai yang author diinginkan. 

Pokoknya harga buku ini sangat murah jika dibandingkan dengan manfaat yang kita dapat maupun jika dibandingkan dengan fisik bukunya. Kata "mahal" sama sekali bukan alasan bila tidak bisa membelinya. Sebab, menurut saya, buku ini sangat tidak cocok digandengkan dengan kata "mahal". Malahan, murah sangat. Murah sangat! happy senang laugh tertawa Cocok pulalah bila buku ini dihadiahkan untuk pacar Anda. 

#Semoga Bermanfa'at...Barakallah... :)

Notes Paling penting..hihii... ::
Buat temen2 yang mau beli ni buku...khususon daerah Kabupaten "CILACAP"
buruaaann pesen di ::

PUSTAKA AN-NUR / H@BIB Colection Jalan Gatot Subroto 138 B
(sblah kiri SD. Muhamadiyah 08) and no hp. 083863460451

Read more »

~ Catatan Harian Kehidupan ~

Dear Diary..
Kalimat pembuka yang pasti sering sekali kita dengar..
mungkin,
saat ini kita jengah dengan kalimat ini


Tapi,
coba sejenak buka buku harian lama kita
kita akan tersenyum simpul,
bahkan barangkali tertawa terbahak


Rekam jejak melalui tulisan memang bentuk dokumentasi paling efektif
untuk bisa menjadi sarana refleksi dan juga evaluasi


Dulu mungkin kita akan berpikir konyol banget, knpa siy harus curhat di buku Diary..
Gaya ABG bgt ya curhat curhit di buku harian..

Beberapa waktu ini,
mencoba berhenti sejenak
sembari
mengumpulkan Diary-diary sejak SMA sampai saat ini
yang ternyata merekam banyak sekali kejadian..

dan,
Diary-diary inilah yang kala lelah bisa menjadi salah satu jalan memberikan spirit untuk selalu bersyukur akan nikmat keimanan dan hidayah hingga saat ini..
Diary-diary inilah yang kala jenuh mengajarkan bahwa skenario Allah kepada hamba-Nya itu sangat indah..
Diary-diary ini yang mengembalikan memori-memori tentang kebahagiaan untuk menghapus kesedihan..


dan ternyata
diary-diary ini memberikan nasihat pula tentang sebuah peristiwa
pada masa depan yang pasti akan kita lalui semua


hari dimana
tidak ada satu orangpun yang mampu untuk berlari ataupun menutup-nutupi


semua akan terbuka dengan sempurna


membaca buku harian yang hanya merekam sedikit peristiwa saja
membuat menjadi malu hati
membuka kembali banyak hal tentang khilaf diri


Wahai diri
betapa banyak kesalahan dan kelalaian yang telah engkau lakukan
Mengapa sombong tetap dalam kemaksiatan

Membuka dan meresepi kejadian yang tertuang di buku harian seolah simulasi akan kejadian di hari akhir nati
dimana setiap orang akan diberikan dan dipertunjukkan buku catatan amal kehidupannya


“Dan diletakkan kitab(catatan amal), lalu engkau akan melihat orang yang berdosa merasa ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata, “Betapa celaka kami, kitab apa ini, tidak ada yang tertinggal, yang kecil dan yang besar melainkan tercatat semuanya,” dan mereka dapati (semua) apa yang telah mereka kerjakan(tertulis). Dan Tuhanmu tidak menzalimi seorang jua pun. “
(QS. Al-Kahf:49)

ah..
ingin menutupi muka tapi pasti percuma
rasa malu itu barangkali tak hanya membuat wajah ini menjadi memerah
bahkan seluruh sendi terasa ikut meluruh
Ingin rasanya kembali ke dunia tapi tak akan bisa..
Waktu yang sudah pergi tak akan mungkin akan kembali

Lantas,
kembali merenung ke dalam diri
diletakkan dimanakah kelak buku catatan kehidupan akan diberikan? 

lalu konsekuensi apa yang akan diterima dari semua itu?

“Pada hari itu kamu dihadapakan (kepada Tuhanmu), tidak ada sesuatu pun dari kamu yang tersembunyi (bagi Allah). Adapun orang-orang yang diberikan kitab di tangan kanannya, maka ia berkata, “ambillah, bacalah kitabku (ini). Sesungguhnya aku yakin, bahwa (suatu saat) aku akan menerima perhitungan terhadap diriku”. Maka orang itu berada dalam hidupan yang diridhai, dalam surga yang tingi, buah-buahan yang dekat, (kepada meraka dikatakan), “Makan dan minumlah  dengan nikmat karena amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu.”
(QS. AL-Haqqah: 18-24)

ataukah

“Dan adapun orang yang kitabnya diberikan di tangan kirinya, maka dia berkata, “alangkah baiknya jika kitabku (ini) tidak diberikan kepadaku. Sehingga aku tidak mengetahui bagaimana perhitunganku, wahai, kiranya (kematian) itulah yang menyudahi segala sesuatu. Hartaku sama sekali tidak berguna bagiku. kekuasaanku telah hilang dariku.” (Allah berfirman), “Tangkaplah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya. Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala. Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta. Sesungguhnya dialah orang yang tidak beriman kepada Allah Yang Maha Besar. Dan juga dia tidak mendorong (orang lain) untuk memberi makan orang miskin. Maka pada hari ini di sini tidak ada seorang teman pun baginya.”
(QS. Al-Haqqah 25-35)

*Ketika hati teramat keras, hingga seolah semua nasihat sudah tak mampu lagi menembusnya.. nasihat terbaik itu adalah kematian dan tentang kehidupan setelah kematian...


Read more »

Banyak Sarang Laba-Laba

*Fuh.. Fuh..*
Bismillah..
Bebersih blog dulu..
Tiga bulan lebih blog ini ditinggal…
Dipenuhi kegiatan-kegiatan rutin..
Belajar jadi guru..
Sakit.., kecapean de-el-el
Sekarang belajar jadi mahasiswa (lagi)..
Ayo nulis lagi Titi…
 
Read more »

Buku Barakallahu Laka "Bahagianya Merayakan Cinta"

Barakah itu membawa senyum, meski air mata menitik nitik.
Barakah itu menyergapkan rindu ditengah kejengkelan.
Barakah itu menyediakan rengkuhan dan belaian lembut disaat dada kita sesak oleh masalah.

Sesudah menikah, semoga barakah hidup kita semakin bertambah. Barakah mengasah rasa, menempa jiwa, memberikan sebuah dunia yang kadang tak tertembus penglihatan manusia biasa.

Suatu hari mungkin kita menyaksikan seorang lelali, ikut antri di warung pecel lele di daerah Monjali (Monumen Jogja Kembali). Mendung bergantung sore itu, dan warna hitam yang menyeruak di barat mlai mendekat. Dia, berkaos putih yang lehernya mulai geripis, di kepalanya ada pecis putih kecil, dan celananya beberapa senti di atas mata kaki. Sandal jepit swallow yang talinya hampir putus nyangkut di antara jempol dan jari kakinya. Seperti yang lain ia juga memesan, '' Pecel Lele Mas!''
''Berapa?'' tanya Mas penjual yang asyik menguleg sambal terasi sambil sesekali meraih sothil besar untuk membalik gorengan lele di wajan raksasa. Gemuruh bunyi kompor mengharuskan orang bicara sedikit keras.
''Satu. Dibungkus...'' Perlahan tangannya merogoh saku celana, lalu duduk sembari menghitung uangnya. Malu-malu, tangannya dijorokkan sedikit ke bawah meja. Uang pecahan ratusan yang sudah disatukan dengan selotip bening per sepuluh keping, pas jumlahnya sesuai harga.

'' Nggak makan sini aja Mas?? Takut keburu hujan ya?''
''hi hi, buat istri...''
''Oowh...''

selesai pesanannya dibungkus, bersamaan dengan bunyi keritik yang mulai menggambar titik-titik basah di tenda terpal milik Mas Pecel Lele. Agak berlari ia keluar, tapi melebatnya sang hujan jauh lebih cepat dari tapak-tapak kecilnya.
Khawatir pecel lele untuk istri tercinta yang hanya dibungkus kertas akan berkuah, ia selipkan masuk ke perutnya. Bungkusan itu ia rengkuh erat dengan tangan kanan, tersembunyi di balik kaos putih yang mulai transparan disapu air. Tangan kirinya ke atas, mencoba melindungi kepalanya dari terpaan ganas hujan yang tercurah memukul-mukul. Saat itu ia sadar, ia ambil pecinya. Ia pakai juga untuk melapisi bungkusan pecel lele.huff, lumayan aman sekarang. Tapi 3 kilometer bukan jarak yang dekat untuk berjalan di tengah hujan bukan??

Apa perasaan anda melihat lelaki ini?kasihan. Iba. Miris. Sedih.
Itukan Anda!
Coba tanyakan pada lelaki itu, kalau anda bertemu. Oh, sungguh berbeda. Betapa berbunga hatinya. Dadanya dipenuhi heroisme sebagai suami baru yang penuh erjuangan untuk membelikan penyambung hayat istri tercinta.
Jiwanya dipenuhi getaran kebanggaan, keharuan dan kegembiraan. Kebahagian seolah tak terbatas, menyelam begitu dalam di kebeningan matanya. Ia membayangkan senyum yang menantinya, bagai bayangan surga yang terus terhidupkan yang terus terhidupkan dirumah petak kontrakannya.
Di tengah cipratan air dari mobil dan bus kota yang bersicepat, juga sandalnya yang putus lalu hilang ditelan lumpur becek, ia akan tersenyum. Senyum termanis yang di saksikan jagad. Seingatnya, ia belum pernah tersenyum semanis itu saat ia membujang,.. Subhaanallaah..

* Cerita ini bersumber dari kisah nyata yang dialami Ustad Mohammad Fauzil Adhim (penulis buku Kupinang Kau dengan Hamdallah)

Saat mereka mendoakan, ''Barakallahu Laka...''
kubisikan kepadamu, ''Cintamu sehangat ciuman bidadari...''
Kau menjawab, ''Ada barakah di kala bidadari cemburu.''

Ketika mereka meminta lagi pada Allah,
''Wa baarakallahu 'alaika...''
Lirikanmu menelisik hatiku, ''Dalam badai, dekap aku lebih erat!''
''Bersama barakah, masalah akan menguatkan jalinan, '' begitu kau yakinkan.

Lalu mereka menutup, ''Wa jama'a bainakuma fii khaiir...''
Maka tangan kita saling berpaut dan jemarinya menyatu,
''Genggam tanganku, rasakan kekuatan cinta!''

yang belum / sdg dalam proses menuju pernikahan,,ataupun yang sudah menikah...
Selamat membaca bukunya....
InsyaAllah,,banyak ilmu yang akan kita dapat... :)

#Sob, aye dah pernah baca ni buku cuman belon selese ,...rugi dah kalo lum pernah baca, hehe,...
So,..buruan beli and baca ni buku ya,..buat yang belum nikah penting bgt bwt nambah ilmu,..
thank's before,... :)

Notes Paling penting..hihii... ::
Buat temen2 yang mau beli ni buku...khususon daerah Kabupaten "CILACAP"
buruaaann pesen di ::

PUSTAKA AN-NUR / H@BIB Colection Jalan Gatot Subroto 138 B
(sblah kiri SD. Muhamadiyah 08) and no hp. 083863460451 
Read more »