Bagi para pengguna Facebook, tentunya sudah tidak asing lagi dengan
istilah "update status". Setiap hari, bahkan setiap jam selalu ada
kalimat-kalimat baru untuk dikirimkan ke "beranda" teman-teman sesama
Facebookers. Bahkan, jarang kita temukan adanya kalimat yang persis sama
antara "status" seorang teman dengan teman yang lainnya. Sangat
kreatif!
Lantas, mengapa kita jadi "kecanduan" untuk
meng-update status? Salah satu alasannya yaitu sebagaimana yang
difirmankan Allah dalam surat Al-Ma'arij ayat ke-20 yang terjemahannya:
"Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir" (QS. Al-Ma'arij: 19).
Pada
ayat selanjutnya, Allah menjelaskan: "Apabila ia ditimpa kesusahan ia
berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali
orang-orang yang mengerjakan shalat." (QS. A1-Ma'arij: 20-22).
Nah, apakah kita termasuk di dalamnya? Allahua'lam.
Saat
kita sedang mendapatkan nikmat dari Allah SWT, ada dua reaksi yang
biasanya muncul dari kita: Ada yang bersyukur dan ada yang kufur. Yang
bersyukur, minimal mengucapkan hamdalah saat mendapatkannya, lalu
sebagian ada yang langsung meng-update status dengan kalimat syukur
tersebut sebagai luapan kegembiraan. Yang kufur, salah satunya dengan
menyombongkannya di hadapan khalayak, naudzubillah.
Lain
halnya jika kita mendapatkan cobaan dari Allah. Sebagian dari kita ada
yang menyikapinya dengan senantiasa bersabar dan tawakkal, namun tidak
sedikit pula yang bahkan sampai suuzdon kepada Allah, astaghfirullah.
Begitulah
sekelumit fenomena disekitar kita. Dan fenomena tersebut kadang
diungkapkan melalui status di Facebook, seperti status beberapa teman
yang saya kutip berikut:
"*alhamdulillah sampai sumbar lagi.."
"innalillahi :'("
"haaah...kecewa lg :(
"enaknya ngapaeen eaaaa?...
"sepi gini....gak ada yg nemenin...hikzzz"
doesn't need to dream for it.hopefully this is the last time.. "
"Ku rasakan bahagia setelah lebaran..!"
Dan masih banyak lagi....status2 lainnya....
Di
lain hal, manusia juga cenderung ingin diperhatikan. Saat kita update
status, tentunya kita mengharapkan respon dari teman-teman berupa
"jempol" sebagai tanda suka atau mengomentarinya jika diperlukan.
Namun
demikian, hal yang sepatutnya kita renungkan adalah: Sejauh mana
manfaat atau bahkan mudhorat yang bisa kita dapatkan dari "update
status"? Mari kita evaluasi sejenak.
Dari Abu Hurairah
radhiallahuanhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam
bersabda: "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia
berkata baik atau diam.." (Riwayat Bukhori dan Muslim)
Dari hadits diatas, kita hanya mendapati dua pilihan: berkata yang baik atau diam, tidak ada pilihan ketiga.
Kembali ke "status".
Status
juga bisa dimaknai sebagai "perpanjangan tangan" dari lidah kita. Saat
kita tidak bisa berbicara dengan orang banyak yang berjauhan, kita
gunakan media, diantaranya dengan menelepon, pesan singkat (SMS),
termasuk dengan meng-update status di Facebook. Jadi, bisa kita
simpulkan (sekali lagi) bahwa status di Facebook merupakan "perpanjangan
tangan" dari lidah dan mulut kita.
Berkaitan dengan
hadits diatas, juga dapat kita pahami bahwa untuk meng-update status,
juga harus dengan (hanya) dua pilihan: status yang baik, atau tidak sama
sekali.
Update-lah status dengan kebaikan! Itu kata kuncinya.
Bayangkan,
akun kita yang memiliki teman ratusan bahkan ribuan akan membaca
kebaikan setiap harinya. Misalnya, saat kita update dengan kalimat:
"Teman-teman, sudah sholat Dzuhur?" atau, "Yuk Sobat, sebelum tidur
tilawah dulu". Dari kalimat tersebut, kita tidak pernah mengetahui ada
berapa banyak teman kita yang ternyata melaksanakan apa yang baru saja
kita sampaikan. Kalaupun misalnya tidak ada yang tergugah dengan
perkataan kita di status, toh insya Allah tetap akan ada pahala untuk
kita, karena yang dinilai Allah adalah ikhtiar kita, sedangkan hasilnya
adalah hak Allah.
Rasulullah SAW bersabda, "Setiap yang
ma'ruf adalah sedekah, dan orang yang menunjukkan jalan kepada kebaikan
(akan mendapatkan pahala) seperti pelakunya." (HR. Bukhari nomor 374 dan
Muslim nomor 1005), subhanallah!
Oleh karena itu, mari
kita menjadi orang yang beruntung, yaitu orang yang saling menasehati
dalam kebenaran dan kesabaran (QS. Al-'Ashr). Mari kita update status
dan kiriman-kiriman lainnya dengan kebaikan-kebaikan, seperti:
nasehat-nasehat, motivasi Islami, ayat al-Quran atau hadits,
informasi-informasi yang bermanfaat untuk ummat dan kebaikan lainnya,
dan mari tinggalkan perkataan dan ketikan yang tidak berguna!
Semoga ikhtiar kita diridhoi-Nya.
Allahua'lam.
Oleh hamba yang miskin ilmu: Muhammad Hidayat.
Mentor (kakak asuh) Forum Silaturrahim Remaja Masjid Muthmainnah POLDA Riau (FSRMM).
sumber :
http://m.facebook.com/note.php?note_id=10150282936969786&_mn_=10&p=10