Sungguh di zaman ini, sulitnya
mencari pria dengan iman sekuat Yusuf kala digoda wanita. Susahnya menemukan
lelaki qonaah, di kala begitu banyak pria memilih seperti Qorun yang tergila
-gila harta. Di saat banyak yang lebih suka menjadi seperti artis-artis yang
bangga dengan kegagahan fisik. Pada saat banyak pria merasa hebat bisa
mengoleksi jumlah wanita yang “jatuh hati” padanya. Di kala banyak pemuda yang
lebih memilih kesenangan syahwat bahkan sekalipun menjadi gigolo. Di saat
banyak pria lebih senang bisa menaklukkan para wanita untuk dipacari.
Namun
pria shalih walau sedikit tapi ia ada. Memang tak sehebat Yusuf, tapi amat luar
biasa kala memilih untuk taat pada Allah SWT. Ia menang kala berperang
mengendalikan hawa nafsunya. Ia sama seperti Yusuf kala tak mau tergoda wanita.
Selama tak ada uzur ia ada di masjid setiap datang waktu shalat. Terus menerus
menuntut ilmu agama adalah aliran darahnya. Ia pria yang memiliki keberanian
tiada tanding dalam beramar ma’ruf nahi munkar di manapun berada sekalipun
nyawa taruhannya. Ia imam yang cerdas dan bijaksana kala mendidik anak
istrinya. Segala sisi dalam dirinya, hati, pemikiran dan perilakunya selalu
terikat dengan aturanNya. Cintanya yang utama adalah pada Allah, rosul, dan
jihad fii sabilillah.
Setali
tiga uang, teramat sulit juga mencari wanita shalihah. Tak perlu setegar dan
selembut Khatijah. Tak apalah bila tak secerdas dan secantik Aisyah. Tidak
mengapa juga bila tak setaat dan sehebat Fatimah. Hanya satu yang penting,
lisan, hati, pemikiran dan perilakunya senantiasa terikat aturan Allah. Itu
sudah amat cukup. Dan wanita seperti ini pun ternyata sulit dicari.
Wanita
yang tak memperturutkan hawa nafsu memang sulit ditemukan. Wanita yang tak suka
memperlihatkan lekuk tubuh memang jarang. Wanita yang tidak suka menggunjing
memang langka. Wanita yang suka menyembunyikan aib orang lain memang teramat
sedikit jumlahnya. Tapi ia ada. Ia nyata. Ia ada di tengah kerumunan orang.
Pakaiannya sopan, tertutup, longgar, tak tampak auratnya dari ujung kaki hingga
ujung rambut. Sementara mungkin di sebelahnya adalah wanita-wanita yang
terlihat rambut, betis, paha, bahkan dada. Bisa jadi di sekelilingnya adalah
wanita yang berpakaian tapi ketat sehingga terbentuk jelas keindahan tubuhnya.
Sangat mungkin di sekitarnya adalah wanita berkerudung tipis hingga terlihat
bayang rambutnya, atau wanita berkerudung tapi baju dan celananya tetap
menonjolkan bentuk badan. Tapi ia tetap kokoh tak tergoda untuk mengikuti para
wanita di kanan kirinya. Meski ia pun memiliki body dan kulit yang sama indah
dengan mereka. Tapi ia tetap menjaganya karena Allah, hatinya tak rela menjadi
“santapan mata” makhluk bernama pria.
Wanita
shalihah ia ada di sepertiga malam terakhir. Kala banyak manusia lelap
tertidur. Saat banyak wanita sepertinya dugem di diskotik atau menjajakan
tubuhnya di hotel-hotel, tempat prostitusi atau dimanapun nafsu bisa
tersalurkan. Di dini hari yang dingin ia menangis, mohon ampun atas segala
dosanya. Berdoa, dan mengadu pada Sang Maha Bijaksana.
Wanita
shalihah, ia berada dalam rumah, di saat banyak teman-teman atau tetangganya
berkumpul ngobrol sia-sia bahkan bergosip dan membicarakan kejelekan orang
lain. Dan ia semakin tenggelam di dalam rumah dengan segala aktifitas
mendekatkan diri pada RobbNya kala lisannya beramar ma’ruf nahi munkar hanya
dipandang sebelah mata.
Wanita
shalihah, ia tak berhias selain untuk suaminya. Meski mungkin teman-temannya,
tetangga-tetangganya, bahkan saudara-saudaranya selalu memoles wajahnya dengan
bedak tebal, lipstik, perona pipi, bulu mata atau eye shadow agar tampak
cantik. Ia tetap kuat tak tergoda, tetap polos wajahnya di kala banyak wanita
memilih bermetamorfosis saat keluar rumah.
Wanita
shalihah, ia lebih memilih berada di masjid dan majelis-majelis ilmu daripada
jalan-jalan dan cuci mata di mall-mall. Ia lebih memilih menghafal Alquran
daripada berinteraksi di dunia maya hanya untuk menunjukkan eksistensi diri.
Toh, berinteraksi sesama perempuan bisa dilakukan via sms, email, menelpon atau
bertatap muka langsung. Jauh lebih terjaga daripada fb dan sejenisnya, karena
bisa jadi mengundang lawan jenis nimbrung tiba-tiba.
Wanita
shalihah, ia sangat terjaga lisannya. Tak mungkin mencaci maki orang lain.
Bukan levelnya untuk mengeluarkan kata-kata buruk apalagi membicarakan aib
orang lain. Ia sangat menjaga agar orang lain aman dari ucapannya.
Wanita
shalihah, ia juga amat menghormati ibunya. Tak setitikpun memiliki kata dan
sikap yang bisa melukai wanita yang telah melahirkannya. Tak pernah sekalipun
ia berani membuat wanita mulia itu meneteskan air mata kesedihan. Begitu
teramat berharga seorang ibu baginya. Laksana kristal yang harus dijaga.
Wanita
shalihah, pasti takut pada Allah. Ia sangat peduli dengan dosa-dosa yang
dimiliki. Ia sangat care untuk tak pernah lagi melakukan tindakan-tindakan yang
melanggar syara. Ia selalu menjadikan segala dosa dan kemaksiatan di masa lalu
sebagai cermin agar tak pernah terulang lagi.
Wanita
shalihah dan pria shalih memang langka. Ia laksana orang asing. Benar sekali
sabda rosul, ” Islam muncul dalam keadaan asing, dan ia akan kembali dalam
keadaan asing, maka beruntunglah orang-orang yang terasingkan itu.” (HR.
Muslim no. 208)
Wanita
shalihah dan pria shalih, namun ia ada dan akan selalu ada. Karena ia sebuah
pilihan. Menjadi shalih dan shalihah adalah pilihan. Tiap diri bisa untuk
memilih, menjadi shalih shalihah atau pendosa. Semakin banyak yang memilih
menjadi shalih shalihah, maka akan semakin banyak yang akan mampu menginspirasi
dan mengangkat saudaranya yang belum terbuka pintu hatinya. Semakin banyak yang
bisa menebar manfaat bagi saudaranya seiman.
Wanita
shalihah dan pria shalih laksana mutiara. Tetap indah berkilau walau ada dalam
kubangan lumpur. Hidupnya penuh dengan cintaNya. Semoga menjadi seperti mutiara
akan menjadi pilihan banyak anak manusia. Rosulullah bersabda,” Bila
hamba-Ku dekati-Ku sejengkal, maka Aku akan dekati dia sehasta. Bila dia
dekati-Ku sehasta, maka Aku akan dekati dia sedepa. Dan apabila dia datang
mendekati-Ku dengan berjalan, maka Aku akan dekati dia dengan berlari” (HR
Bukhari)
Mengubah
diri menjadi seperti mutiara memang tak mudah. Ada setan yang selalu mengintai.
Tapi ingatlah bahwa kematian pun selalu mengiringi setiap langkah manusia,
dimanapun berada. Dan cukuplah janji Allah menjadi sumber kekuatan. Sebuah
hadits qudsy riwayat Tirmidzi dari Anas ra, bahwa Rasulullah saw bersabda,
“bahwa Allah telah berfirman, “Wahai anak Adam, selagi engkau meminta dan
berharap kepada-Ku, maka Aku akan mengampuni dosamu dan Aku tidak pedulikan
lagi (dosamu). Wahai anak Adam, walaupun dosamu sampai setinggi langit, bila
engkau mohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku memberi ampun kepadamu. Wahai anak
Adam, jika engkau menemui Aku dengan membawa dosa sebanyak isi bumi, tetapi
engkau tiada menyekutukan sesuatu dengan Aku, niscaya Aku datang kepadamu
dengan (memberi) ampunan sepenuh bumi pula” (HR Tirmidzi).
Sungguh,
kita indah bila menjadi seperti mutiara. Wallahu’alam.
Sumber : Eramuslim.com
Sumber : Eramuslim.com